Selasa, 21 Desember 2010

Ghora Meirza Putra: PSIKOGERIATRI

Ghora Meirza Putra: PSIKOGERIATRI: "Selaku pembimbingBpk. Antonius Catur S.Kep. Ns. PSIKOGERIATRI        Psikogeriatri adalah cabang i..."

Keperawatan_FirmanSHT: KEPERAWATAN GERONTIK

Keperawatan_FirmanSHT: KEPERAWATAN GERONTIK: "ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI PENGERTIAN Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan si..."

Askep pada klien dengan Intimacy dan seksualitas.(Bobby Elstanza): Konsep dasar manusia

Askep pada klien dengan Intimacy dan seksualitas.(Bobby Elstanza): Konsep dasar manusia: "KONSEP DASAR MANUSIA ------------- KONSEP DASAR MANUSIA (KDM)by Ners HarmokoManusia sebagai mahluk holistic Holistik berarti keselu..."

Askep pada lansia dengan gangguan intimacy dan seksuality: ASKEP KLIEN DENGAN INTIMACY DAN SEKSUALITY (ERRI A...

Askep pada lansia dengan gangguan intimacy dan seksuality: ASKEP KLIEN DENGAN INTIMACY DAN SEKSUALITY (ERRI A...: "PENDAHULUANSeksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias.bahkan pada penelitian di negara barat , pandangan bias ters..."

Immobility of Geriatric.Lisa.A: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANJUT USIA DI KELUARGA D...

Immobility of Geriatric.Lisa.A: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LANJUT USIA DI KELUARGA D...: "PENDAHULUAN Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walapun jenis aktivitas berubah s..."

Rabu, 15 Desember 2010

ASPEK KEPERAWATAN LANSIA DI RUMAH


KEPERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH
PENGERTIAN PERAWATAN KESEHATAN DIRUMAH
            Perawatan kesehatan dirumah yang merupakan salah satu bentuk yankes adalah suatu komponen rentang yankes yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga ditempat tinggal mereka dengan tujuan meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan, serta memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individual dan keluarga harus direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisasi untuk memberi perawatan kesehatan dirumah (home care) melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian atau kombinasi dari keduanya (C.Warhola, 1980).
            Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari yankep yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi.
            Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan dirumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.
Menurut American Nurses Association (ANA) tahun 1992, pelayanan kesehatan dirumah adalah perpaduan perawatan kesehatan masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat spesialis yang terdiri atas perawat komunitas, perawat gerontologi, perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah.
NAHC (1994), perawatan kesehatan dirumah adalah spektrum kesehatan yang luas dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita penyakit kronis.

UNSUR PERAWATAN KESEHATAN DIRUMAH
1.      Pengelola pelayanan.
Merupakan individu, kelompok ataupun organisasi yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan yankes rumah baik penyediaan tenaga, sarana dan peralatan, serta mekanisme pelayanan sesuai standart yang ditetapkan.
2.      Pelaksana pelayanan.
Merupakan tenaga keperawatan profesional bekerja sama dengan tenaga profesional lain terkait dan tenaga non profesional. Pelaksana pelayanan terdiri atas koordinator kasus dan pelaksana pelayanan.
3.      Klien.
Merupakan penerima keperawatan kesehatan di rumah dengan melibatkan salah satu anggota keluarga sebagai penanggung jawab yang mewakili klien.
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT KESEHATAN DI RUMAH
Perawat home care bekerja dengan berbagai macam klien diantaranya klien lansia dengan penyakit kronis, ibu dengan BBL, klien dengan penyakit terminal,dll. Tapi yang menjadi fokus utama dalam home care adalah memandirikan klien dan keluarga serta meningkatkan status kesehatan klien dan keluarga. Dalam hal ini, perawat dapat berperan sebagai pendidik, advokat, manajer kasus, dan sistem pendukung (support system) bagi klien dan keluarga.
Perbedaan Antara Merawat Secara Pribadi Dengan Pelayanan Kesehatan Dirumah
Komponen
Merawat secara pribadi
Pelayanan kesehatan di rumah
Peran dan fungsi
·         Pemberian pelayanan secara individu
·         Tindakan pemeliharaan.
·         Petugas atau penjaga.
·         Episodik (pengobatandan rehabilitasi)

·         Distribusi pencegahan penyakit.
·         Tindakan pelayanan.
·         Keterampilan.
·         Rehabilitasi episodik (pengobatan dan rehabilitasi).
Pembayaran
Membayar kepada perawat
Membayar ke agen yankes
Pihak ketiga
Asuransi pihak ketiga
Biaya
Dibayar harian atau per jam
Dibayar per kunjungan
Frekuensi
Purna waktu tugas secara bergantian
Sesuai kebutuhan klien

TAHAP-TAHAP PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH
1.      Fase Pre Insisi
Pada fase pertama ini, perawat mendapatkan data tentang keluarga yang akan dikunjungi dari puskesmas atau ibu kader. Perawat perlu membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang akan dilakukan. Kontrak waktu kunjungan perlu dilakukan pada fase ini.
2.      Fase Insisi
Fase ini memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama fase ini perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.
3.      Fase Implementasi
Pada fase ini, perawat melakukan pengkajian dan perencanaan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dimiliki oleh klien dan keluarga. Lakukan intervensi sesuai rencana. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap kebutuhannya. Berikan pendkes sesuai dengan tingkat pendidikan klien dan keluarga serta sediakan pula informasi tertulis.
4.      Fase Terminasi
Fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh keluarga sangat penting dilakukan pada fase terminasi. Tinggalkan nama, alamat, dan nomer telepon perawat agar mudah dihubungi jika sewaktu-waktu klien membutuhkan.
5.      Fase Pasca Kunjungan
Sebagai fase terakhir hendaknya perawat membuat dokumentasi lengkap tentang hasil kunjungan untuk disimpan di yankes, dokumentasi tersebut harus memenuhi aspek lengkap, jelas, dan dapat dibaca.

PERAWATAN SEHARI-HARI YANG HARUS DILAKUKAN
Perawatan yang harus diberikan kepada klien lanjut usia terutama yang berhubungan dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), yakni:
1.      Kebersihan mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur-kumur secara teratur, meskipun sudah ompong, bagi yang masih aktif dan masih mempunyai gigi agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang-kurangnya 2x/hr, pagi bangun tidur dan malam sebelum tidur.
Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (protesa) dapat dipelihara, caranya sbb:
a.       Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kain kasa atau sapu tangan yang bersih, bila kesulitan dapat dibantu oleh keluarga/perawat.
b.      Gigi palsu kemudian disikat perlahan-lahan di bawah air mengalir sampai bersih. Bila perlu dapat digunakan pasta gigi.
c.       Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam dengan air bersih di dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau di jemur. Bagi mereka yang sudah tidak mempunyai gigi lagi atau tidak memakai gigi palsu, setiap kali habis makan harus melakukan kumur-kumur untuk mengeluarkam sisa makanan yang melekat diantara gigi. Bagi yang masih mempunyai gigi tetapi karena kondisinya lemah atau lumpuh, usaha untuk membersihkan gigi dan mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal dipanti bisa dibantu perawat atau petugas.

Perawatan gigi untuk lanjut usia
Alat :
1.      Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya diatas sikat gigi).
2.      Air bersih dalam gelas untuk kumur.
3.      Kom plastic sedang untuk membuang air kumur.
4.      Handuk untuk alas di dada, agar tidak basah dan untuk lap mulut setelah sikat gigi selesai.
Cara:
1.      Alat-alat, seperti: kom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk diletakkan diatas meja kecil atau kursi di dekat tempat tidur.
2.      Usahakan duduk dengan posisi yang enak, bila tidak dapat duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan punggungnya.
3.      Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada, gunanya untuk menjaga agar tidak basah.
4.      Sikatlah gigi secara perlahan-lahan mulai dari bagian luar, luar ke dalam dan ke belakang gigi, cara menyikatnya dari atas ke bawah untuk gigi bagian bawah agar kotoran/ sisa makanan dapat tersapu.
5.      Berikan air bersih untuk kumur-kumur sampai bersih.
6.      Sisa air kumur dituangkan dan ditampung dalam kom plastic.
7.      Bersihkan sekitar mulut dengan handuk sehingga bersih dan kering.

2.      Kebersihan kulit dan badan
Fungsi kulit:
a.       Melindungi bagian tubuh atau jaringan dibawahnya terhadap pukulan, untuk mencegah kuman-kuman penyakit, dan kedinginan.
b.      Sebagai panca indera perasa dan peraba.
c.       Mengatur suhu badan.
d.      Mengeluarkan ampas-ampas berupa zat-zat yang tidak terpakai, misalnya keringat.
e.       Tempat memasukkan obat-obat injeksi.

Manfaat mandi:
1.      Menghilangkan bau.
2.      Menghilangkan kotoran.
3.      Merangsang peredaran darah.

4.      Memberikan kesegaran pada tubuh.

Pengawasan yang perlu dilakukan:
1.      Ada tidaknya lecet.
2.      Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar tidak terlalu kering atau keriput.
3.      Mempergunakan air hangat untuk mandi, dalam usaha merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan, temperature air hangat sebaiknya kurang lebih 80-90 derajat F.
4.      Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlampau sering, karena hal ini dapat  mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.

Memandikan klien lanjut usia
Prinsipnya:
1.      Sediakan air hangat-hangat kuku dalam dua buah Waskom.
2.      Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk, jika mungkin masing-masing dua buah.
3.      Sabun mandi dalam tempatnya.
4.      Bedak talk atau body lotion (krem pelembab).
5.      Pakaian bersih, sisir, sapu tangan bersih untuk wanita mungkin juga bedak.
Pelaksanaannya:
1.      Setelah alat-alat semua tersedia, pintu, dan jendela ditutup.
2.      Jelaskan ke klien apa yang akan dilakukan.
3.      Buka pakaian bagian atas bentangkan handuk diatas dada, kemudian mulai menyeka bagian muka (tanpa sabun, kecuali diminta).
4.      Lalu dibilas dengan waslap hingga bersih dan kering.
5.      Kemudian berturut-turut menyeka tangan dan lengan. Mulailah lengan dan tangan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan yang dekat. Selanjutnya bagian dada diseka seperti lengan dan tangan, lalu dikeringkan dan diberi talk atau body lotion.
6.      Setelah selesai dada ditutup dengan kain selimut, lalu dikeringkan kemudian diberi body lotion atau talk.
7.      Bagian akhir adalah anggota badan bagian bawah. Menyeka anggota badan bagian bawah hendaknya memakai air sebelumnya.
8.      Yang akhir sekali menyeka selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun yang tertinggal dan keadaannya benar-benar bersih dan kering.
9.      Ganti pakaian yang bersih, tempat tidur dibersihkan.

Lansia mempunyai potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia, antara lain:
1.      Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
2.      Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas.
3.      Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi tipis dan rapuh.
4.      Ada kecenderungan lansia mengalami imobilisasi sehingga berpotensi terjadi dekubitus.

Faktor-faktor penyebab dekubitus:
1.      Faktor intrinsik (tubuh sendiri).
a.       Status gizi (kurus)
b.      Anemia.
c.       Adanya hipoalbuminemia.
d.      Adanya penyakit neurologis.
e.       Adanya penyakit pembuluh darah.
f.       Adanya dehidrasi.
2.      Faktor ekstrinsik.
a.       Tempat tidur yang kurang bersih.
b.      Alat tenun yang kusut dan kotor.
c.       Kurangnya perawatan/perhatian yang baik dari perawat.

Perawatan dekubitus
Dekubitus derajat 1
Kulit yang kemerahan dibersihkan secara hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi losion, kemudian di massase 2-3 kali/hari, dan dilakukan perubahan posisi tidur (miring kanan, telentang, dan miring kiri ).
Dekubitus derajat II
Disini sudah terjadi ulkus yang sangat dangkal.saat merawat luka, perawat harus memperhatikan syarat antiseptik. Daerah bersangkutan digosok dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal untuk merangsang granulasi. Jangan terlalu sering melakukan penggantian balutan salep karena dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
Dekubitus derajat III
Ulkus sudah dalam dan menggaung atau cekung dan luka sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi. Usahakan luka selalu bersih dan eksudat mengalir keluar. Balutan jangan terlalu tebal dan sebaiknya transaparan sehingga permeable untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan.kelembapan juga dijaga tetap basah. Bila perlu, lakukan pengompresan karena akan mempermudah regenerasi sel kuit. Jika luka kotor, cuci dengan larutan NaCl fisiologis, dan jika perlu berikan antibiotika sistemik.
Dekubitus derajat IV
Ulkus meluas sampai pada dasar dan sering pula disertai jaringan nekrotik. Semua langkah di atas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan dan jika perlu dibuang, karena akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Setelah jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan secara alami dapat diharapkan. Beberapa usaha mempercepat, antara lain dengan memberikan oksigen pada daerah luka, tindaan dengan ultrasuara untuk membuka sumbatan pembuluh darah, dan sampai pada transplantasi kulit setempat. Mortalitas dekubitus derajat IV ini dapat mencapai 40%.

3.      Kebersihan kepala dan rambut
Tujuan membersihkan kepala untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala, klien lansia yang masih aktif dapat mencuci rambutnya sendiri.

Cara mencuci rambut di tempat tidur:
a.       Persiapan
·         Ember (1 berisi air hangat dan 1 lagi untuk menampung air kotor).
·         Shampoo, sisir, handuk serta alas dari kain karet, atau plastic.
b.      Pelaksanaan
·         Letakkan kepala di tepi tempat tidur dan dibawanya diberi alas kain karet atau kain plastic yang dihubungkan dengan ember kosong penampung air kotor, yang diletakkan dibawah tempat tidur.
·         Rambut dibasahi sedikit demi sedikit dan di shampoo, sambil dilakukan 2 kali agar bersih betul.
·         Bilas sampai bersih.
·         Keringkan dengan handuk
Yang harus diperhatikan saat mencuci rambut di tempat tidur:
1.    Bilas sisa sabun, shampo harus bersih agar tdak menimbulkan rasa gatal atau ketombe dan timbul alergi.
2.    Letakkan handuk sebagai alas di atas bantal, kemudian sisir ranbut dengan hati-hati.
3.    Miringkan kepala agar rambut mudah dijalin, terutama bagi yang berambut panjang. Lepaskan rambut yang melekat pada sisir dan masukkan kedalam penampung yang berisikan larutan lisol.

4.      Pemeliharaan kuku

Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran bahkan kuman penyakit. Oleh karena itu, lansia harus selalu teratur memotong kukunya. Bagi yang tidak mampu melakukan sendiri, sebaiknya perawat atau keluarga memotongnya dan jangan terlalu pendek karena sakit.

5.      Kebersihan tempat tidur dan posisi tidur
Tempat tidur yang bersih dapat memberi perasaan yang nyaman pada waktu tidur. Oleh karena itu, kebersihan tempat tidur perlu sekali diperhatikan. Namun, bila kondisi fisik lansia masih aktif, mereka cukup diberikan pengarahan cara membersihkan tempat tidur.
           
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien lansia yang masih aktif, misalnya:
a.       Bila keadaan kasur cekung di tengah, sebaiknya kasur dibalik setiap kali membersihkan tempat tidur.
b.      Alas kasur ditarik kencang dan ujung-ujungnya dilipat dan disorongkan ke bawah kasur sehingga tidak mudah menimbulkan lipatan yang mungkin menyebabkan lecet.
c.       Alas kasur atau seprai diganti 3 hari sekali, kecuali kotor.
d.      Bagi klien lansia yang mengalami inkontinensia urine, alas kasur diganti setiap kali basah. Kasur dijemur di panas matahari setiap hari.

Bantuan / pertolongan pasif. Bagi klien lansia yang terus menerus istirahat di tempat tidur, harus selalu diusahakan dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan atau nyaman. Usahakan pula agar bantal tidak tidak terlalu lunak atau terlalu keras. Latihan bangun dan tidur atas usaha sendiri perlu dibina, bukan saja agar otot badan tetap aktif, tetapi juga untuk menghindari pegal dan mencegah atrofi. Letak atau posisi tidur harus diatur sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering diubah agar tidak timbul luka lecet atau dekubitus akibat penekanan yang terus menerus.

Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain:
a.    Letakkan guling dibawah kedua lututnya. Usahakan agar kakinya tidak tergelincir jatuh ke samping dan tidak dalam posisi droop foot.
b.    Untuk mencegah luka lecet (dekubitus), tumit dan bokong diberi bantal angin (windring).
c.    Agar dapat tidur telentang dengan punggung dan bokong lurus, sebaiknya letakkan papn di bawah kasurnya jika tempat tidur tersebut terdiri dari kawat (springbed).
d.   Letak atau posisi setengah duduk. Bagian kepala tempat tidur diberi sandaran kursi atau papan.

Catatan:
a.       Bagi yang memiliki inkontinensia urine sebaiknya diberi alas perlak karet/plastik untuk melindungi kasur.
b.      Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semut atau binatang kecil lainnya.
c.       Jika tidak dalam keadaan tidur, sebaiknya klien diberi aktivitas untuk melatih pergerakan otot supaya tidak kaku atau merasa gelisah.
d.      Kesabaran dan ketekunan keluarga yang merawat lien lansia mutlak perlu agar klien lansia tetap merasa diperhatikan.

Asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan dengan kondisi lansia, apakah lansia itu aktif atau pasif. Untuk lansia ynag masih aktif, asuhan keperawatan yang dapat diberikan berupa dukungan hygine personal (mis: kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu), kebersihan diri (trmasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata, dan telinga), kebersihan lingkungan (tempat tidur dan ruangan), makanan yang sesuai (mis: porsi kecil, bergizi, bervariasi dan mudah dicerna), sehingga kesegaran jasmani tetap terpelihara. Bagi lanjut usia yang pasif dan bergantung pada orang lain, perawat perlu memperhatikan dalam memberi asuhan keperawatan walaupun pada dasarnya sama seperti pada lansia aktif. Disini diperlukan sekali dukungan keluarga, khususnya lansia yang mengalami kelumpuhan agar jangan sampai terjadi dekubitus (lecet)


Daftar Pustaka
Efendi, Ferry.. 2009. Keperawatan Keseshatan Komunitas (Teori dan Praktik dalam Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika.
Gallo, Joseph, J, dkk. 1998. Buku saku Gerontologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Hasting, Diana. 1995. Perawatan di Rumah. Jakarta: Arcan.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3.  Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey. 2002. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
        Stockstager, Jalme, L. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC.